Sabtu, 22 Desember 2012

Cara Install Windows XP Menggunakan Flashdisk

Walaupun sudah cukup lama microsoft merilis windows 7 bahkan sebentar lagi windows 8, tampaknya masih banyak yang setia menggunakan windows xp yang terkesan jadul, tetapi walaupun begitu dengan sedikit modifikasi windows jadul ini bisa tampil beda

Banyak sudah tutorial cara install windows via usb yang dijabarkan diinternet, dan tidak ada salahnya jika saya juga berbagi pengalaman tentang bagaimana cara install windows menggunakan media usb. mengapa menggunakan media usb? untuk saya alasannya sederhana saja, karena:

1. Proses installasi yang lebih cepat.
2. Alternatif yang mudah jika CD/DVD Rom Drive rusak/optik lemah.
3. Harga CD/DVD Rom Drive eksternal yang mahal(jika yang di install netbook).

Tutorial yang saya berikan ini menggunakan sebuah software freeware yang menurut saya cukup baik, WinSetupFromUSB merupakan sebuah software kecil yang hanya berukuran 4.2MB, yang dapat anda gunakan untuk membuat installer windows ke usb. tanpa panjang lebar. berikut tutorialnya:
  • Silahkan anda download dahulu softwarenya pada link yang saya berikan di akhir artikel ini.
  • Kemudian install softwarenya.
  • Tancapkan flashdisk anda dan jalankan program WinSetupFromUSB yang sudah di install tadi.
Cara Install Windows XP Menggunakan
 Flashdisk
Gambar 1
Cara Install Windows XP Menggunakan Flashdisk
Gambar 2
Perhatikan gambar 1 diatas yang saya lingkari merah, pertama klik pada tombol Browse lalu pilih dimana master installer windows anda berada seperti pada gambar 2, setelah itu klik OK.
Masih pada gambar 1, kemudian klik tombol RMPrepUSB, maka akan tampil jendelah seperti gambar dibawah ini.

Cara Install Windows Menggunakan Flashdisk
Cara Install Windows XP Menggunakan Flashdisk
Diatas saya menggunakan usb flashdisk dengan kapasitas 2GB maka saya gunakan format file system FAT 16. jika flashdisk anda lebih dari itu bisa gunakan FAT 32 atau NTFS. pengaturan lainnya samakan dengan gambar diatas. jika sudah klik Prepare Drive, maka proses format akan dimulai. pastikan flashdisk yang anda gunakan kosong atau tidak ada data penting didalamnya. bila proses sudah selesai klik Exit.

Cara Install Windows XP Menggunakan Flashdisk

Langkah terakhir klik tombol GO, dan proses pembuatan master windows xp ke usb flashdisk akan berjalan, tunggu hinggga proses selesai sekitar 15 menit pengcopyan file. flashdisk anda sudah siap digunakan untuk booting dan menginstall windows.

Cara menginstall Windows 7 melalui USB Flashdisk

Selama ini saya telah mencoba mencari informasi bagaimana caranya menginstall Windows 7 melalui Flashdisk, dan akhirnya berhasil juga, walaupun prosesnya berjalan agak lambat dan kupikir ngga bakalan juga nih bisa menginstall lewat USB flashdisk, baru2 ini telah banyak artikel yang membahas tentang cara2 menginstall windows melalui USB flashdisk, dan saya pikir gak ada salahnya mencoba trik yang lain, siapa tau ada peningkatan dalam hal kecepatan penginstallannya.
Menginstall Windows melalui USB flashdisk ini ternyata banyak keuntungannya dibanding melalui CD atau DVD disk, Kita tidak perlu khawatir akan CD atau DVD yang ngga kebaca sama CD/DVD-ROM, CD atau DVD yang tergores, kadang menyulitkan dalam proses penginstallan windows, sedangkan melalui Flashdisk itu sendiri, hal yang demikian ngga lah perlu terjadi lagi.
Saya akan menunjukkan 2 ( secara manual dan otomatis ) cara menginstall windows 7 melalui USB FlashDisk
Sebelum kita mulai, perlu disiapkan adalah: Sekurangnya 1buah Flashdisk dengan kapasitan 4Gb ato lebih, soalnya Windows 7 setidaknya mengambil tempat sebesar 3Gb.

Cara Manual:
  1. Colokkan USB Flaskdisk anda. (masukin ke usb port yah, jgn ke tempat lain).
  2. Tekan Tombol WIN+R, ketik cmd dan klik OK.
  3. Ketik diskpart dan tekan ENTER.
  4. Ketik list disk, tekan ENTER dan pilihlah yang mana adalah USB flashdisk anda, hati2 jangan salah pilih nanti salah2 yg keformat adalah disk yang lain. jikalau anda punya hanya 1 harddisk makan USB flaskdisknya adalah disk1.
  5. Ketik select disk 1 dan tekan ENTER.
  6. Ketik clean dan tekan ENTER.
  7. Ketik create partition primary lalu tekan ENTER.
  8. Ketik select partition 1 dan tekan ENTER
  9. Ketik active dan tekan ENTER.
  10. Ketik format fs=fat32 dan tekan ENTER
  11. Ketik assign dan tekan ENTER
  12. Ketik exit dan tekan ENTER.
  13. Masukkan disk DVD windows 7  dan copy lah semua isi DVD tadi ke USB Flaskdisk anda.
  14. Booting komputer anda melalu USB Flashdisk, setting malalui bios komputer anda, pastikan boot nya melalui USB Flashdisk, apabila langkah2nya betul, maka proses instalasi windows seharusnya berjalan melalui USB Flashdisk.

Cara Otomatis.
Cara otomatis tentunya merupakan pilihan saya, dan untuk itu sudah tersedia program yang namanya WinToFlash, program ini akan melalukan langkah2 seperti cara manual diatas, yang kita perlu lakukan hanyalah menjalankan programnya, pilih sumber windows 7 dan arah USB flashdisk.
  1. Unduh dulu program WinToFlash versi terbaru. (download link diakhir artikel)
  2. Ekstrak dan jalankan file WinToFlash.exe
  3. Klik tombol “Check” dan mulailah proses Windows setup transfer wizard.
  4. Klik “Next”
  5. Pilih lokasi file Windows 7 dan lokasi USB Flaskdisk anda. klik “Next”.
  6. Pilih “I Accepted the terms of the license agreement” dan klik “Continue”
  7. Klik OK untuk memulai memformat USB Flashdisk dan file2 windows 7 secara otomatis akan dimasukkan ke USB Flashdisk.
  8. Klik “Next” apabila selesai pengopian, dan bootinglah komputer anda melalui USB Flashdisk tadi. apabila langkah2nya betul, maka proses instalasi windows seharusnya berjalan melalui USB Flashdisk.
Cara lain khusus untuk Windows 7 dapat menggunakan tools dari microsoft, yaitu Windows7 USB/DVD Download tools.

Sesudah Download dan install lalu jalankan programnya, pada langkah ke-1 pilih lokasi file .iso windows7 kita, lalu langkah ke-2 pilih apakah akan di install ke usb flashdisk tau bakar ke DVD disk.
Baru baru ini saya menemukan lagi perangkat lunak baru untuk membuat flashdisk kita menjadi CD/DVD, utility ini mengubah flashdisk kita menjadi installer untuk windows vista dan windows 7. Cara memakainya cukup mudah, tinggal pilih lokasi drive flashdisk kita dan sumber CD/DVD windows vista atau windows 7 kita.

Adapun cara lain lagi untuk membuat flasdisk kita agar bisa dipakai untuk menginstall windows 7 ialah dengan memakai tool yang bernama EasyBCD, berikut langkah2nya:
  1. Bagi yang belum punya program EasyBCD, silahkan download linknya diakhir artikel ini:
  2. Kemudian colokkan flaskdisk nya ke port USB komputer kita, lalu format lah dengan memakai partisi FAT32
  3. Jalankan program EasyBCD dan klik tombol “Bootloader Setup” di panel sebelah kiri.

  4. Dibawah kotak “Create Bootable External Media“, pilihlah flashdisk yang akan kita buat untuk menginstall windows 7.
  5. Kemudian klik tombol “Install BCD” dan tunggu sebentar sampai muncul kotak dialog berikut:

  6. Klik tombol “Yes” lalu tutuplah program EasyBCD, kemudian masukkan DVD windows 7 ke komputer/laptop.
  7. Setelah itu, copy lah semua isi DVD windows 7 tadi ke flashdisk yang telah kita siapkan tadi, jika anda punya file .iso windows 7, ekstrak dahulu ke folder yang telah kita tentukan, kemudian baru di copy ke flaskdisk tadi.
  8. Selesai, sekarang flasdisknya sudah bisa dipakai untuk menginstall windows ke laptop / komputer kita.
Demikian trik yang baru untuk membuat fd kita agar bisa dipake untuk menginstall windows.
Dan untuk menguji apakah usb flashdisk atau disk DVD windows kita berhasil atau ngga dapat menggunakan program / tools MobaliveCD.


Lifestyle » Lust And Love Pria Sering Memuji, Tanda Lagi Jatuh Cinta

WANITA  memang makhluk yang rumit untuk dipahami. Namun, pria ternyata jauh lebih rumit dimengerti saat mereka sedang jatuh cinta.
 
Ada beberapa tahapan yang dilalui pria saat sebelum dirinya jatuh cinta. Lantas, apa saja yang biasanya mereka lakukan? Berikut jawabannya, seperti dilansir Boldsky.

Penampilan
 
Pria tetaplah seorang pria. Mereka biasanya terlebih dulu akan melihat wanita dari penampilannya. Oleh karenanya, dia akan terus memperhatikan Anda, mulai dari bagaimana caranya berbusana hingga kepribadian Anda.

Tak berhenti memuji

Saat pria jatuh cinta, mereka tak segan untuk memuji calon pasangannya. Bahkan, pujian itu seolah tak pernah berhenti saat mereka sedang dalam tahap pertemanan. Biasanya, mereka lakukan hal ini melihat bagaimana reasi sang wanita.

Mulai berpikir

Dari segala yang telah Anda dan dia lakukan, tentunya akan berkembang menjadi sebuah kedekatan. Ini akan membuatnya berpikir tentang Anda sepanjang waktu.

Membuat kesan

Saat pria jatuh cinta dan mengharapkan perhatian wanita, maka dia akan melakukan segala cara untuk membuat Anda berkesan padanya. Misalnya, seperti mulai peduli akan kesehatan, kerap menelefon, atau memperingatkan waktu makan, serta berbagai hal yang bisa meraih perhatian Anda.

Berpikir ulang

Saat perasaan cinta itu mulai timbul, tentu ada perasaan menyangkal terlebih dulu. Ini karena pada fase ini dia tidak menyangka bisa jatuh cinta dengan seseorang. Tahap ini juga menjadi pembuktian bahwa dia benar-benar sedang jatuh cinta.

Rabu, 12 Desember 2012

Penghina Habibie Itu adalah Mantan Menteri Malaysia

Zainudin Maidin (Foto: The Star)

JAKARTA - Editorial berjudul "Persamaan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim" di media Malaysia, Utusan Malaysia, berisi tentang tuduhan bahwa Presiden Ketiga RI B.J Habibie adalah pengkhianat bangsa. Ternyata editorial tersebut ditulis oleh mantan Menteri Penerangan Malaysia.

Tulisan dari Zainudin Maidin ini, menyoroti kedekatan Habibie dengan Anwar Ibrahim yang mengundangnya untuk berbicara di hadapan mahasiswa Universiti Selangor (Unisel). Menurut Zainudin, Habibie tidak pantas untuk diberikan penghormatan semacam ini karena telah mengkhianati Indonesia.

Ternyata Zainudin adalah mantan pejabat tinggi di Malaysia. Pada era mantan Perdana Menteri Abdullah Badawi, Zainudin menjabat sebagai Menteri Penerangan sejak 14 Februari 2006 hingga 8 Maret 2008.

Sebelum menjabat sebagai menteri penerangan, Zainudin adalah seorang jurnalis senior Malaysia yang sempat mengenyam pendidikan di Jerman dan Amerika Serikat (AS). Karir jurnalistiknya dihabiskan bersama dengan Surat Kabar Utusan Melayu, juga satu perusahaan dengan Utusan Malaysia.

Memulai karirnya pada 1951, Zainudin sempat menjadi perwakilan Utusan Melayu di London, Inggris. Dirinya pun diangkat sebagai Pemimpin Redaksi Utusan Melayu pada 1982.

Pada 1998, Zainudin masuk ke dunia politik dengan menjadi anggota Dewan Negara atau parlemen di Malaysia. Dia mewakili Partai UMNO yang sudah puluhan tahun berkuasa di Negeri Jiran itu dan terpilih kembali pada 2001. Karirnya di Kementerian Penerangan Malaysia diawali sebagai Deputi Menteri Penerangan pada 2002, hingga akhirnya ditunjuk sebagai menteri penerangan pada 2006 hingga 2008.

Selama menjabat sebagai menteri penerangan, Zainudin melahirkan undang-undang anti-hasutan (Sedition Act) dan undang-undang keamanan internal (Internal Security Act/ISA). Dikeluarkan Sedition Act dipenuhi kontroversi, karena undang-undang itu dianggap rasis dan hanya membela satu etnis tertentu.

Usai menjabat sebagai menteri, Zainudin mencoba untuk merebut kursi parlemen mewakili Sungai Petani. Tetapi dirinya dikalahkan oleh Datuk Johari Abdul dari Partai Keadilan Rakyat, yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim.

Ada dugaan, bahwa tulisan yang menghina mantan Presiden Habibie itu adalah bentuk serangan juga kepada Anwar Ibrahim, yang selama ini dikenal sebagai oposisi Pemerintah Malaysia. Kebencian Zainudian terhadap Anwar dan Habibie terlihat dari cibirannya mengenai pujian dari Anwar atas keberhasilan Habibie dalam menyelesaikan masalah tenaga kerja Indonesia (TKI).

Zainudin pun menunjukkan persamaan antara Habibie dan Anwar yang dianggap pengkhianat dari pemimpin yang telah membawa mereka pulang dari perantauan. Tidak lupa dirinya juga mengkritik Anwar yang bermaksud untuk menyerahkan Malaysia kepada IMF dan imperialisme baru, sebelum sempat menjadi perdana menteri. Terakhir Zainudin menyebutkan, Habibie dan Anwar tidak lebih dari sebagai "The Dog of Imperialism."

Selasa, 11 Desember 2012

Beda osiloskop analog dgn oscilloskop digital secara pemakaian

Berikut ini perbedaan osiloskop analog dgn oscilloskop digital secara pemakaian
Oscilloscope Analog
Oscilloskop Analog hanya berupa sinar yg dihasilkan oleh tabung CRT (cathoda Ray Tube) sehingga tampil dilayar Oscilloscope. (What you see is What you get)

bentuk2 gelombang sinar yg ditembakkan itu tergantung dari object yg sdg diukur.

Vertikal : tegangan dari obyek
Horisontal : frekuensi dari obyek.

jadi hanya berupa garis2 gelombang yang bisa berbentuk sinus, tegangan searah, gelombang gigi gergaji, dll.

Oscilloscope Digital

Sedangkan Oscilloscope Digital umumnya tidak lagi menggunakan Tabung CRT, melainkan diukur oleh microprocessor didalamnya lalu hasil outputnya ditampilkan ke layar LCD, dipermanis tampilannya, pake warna segala gelombangnya jika LCD Oscilloscope tersebut berwarna. Setelah data2 pengukuran didapat dari tester probe diolah oleh microprocessor dlm Oscilloscope tsb (ibarat IC OMAP kalo di BB5 ), baru ditampilkan dilayar LCD, sehingga tampilannya sangat menarik sekali utk dilihat. ada pula keterangan yang menyebutkan detail dari gelombang tersebut. Misalnya besaran frekuensi (Hz), Besaran tegangan Vpp tsb (Volt), Horizontal (Time/Div) yg digunakan, Vertikal (Volt/Div) yg sdg digunakan. Karena semua otomatis tanpa perlu mengatur Time/Div atau Volt/div, gelombang akan tetap muncul di layar, beserta detail spt diatas tersebut.

Osiloskop Analog versus Digital

Dalam bidang elektronika, osiloskop merupakan instrumen ukur yang memiliki posisi yang sangat vital mengingat sifatnya yang mampu menampilkan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh rangkaian yang sedang diamati. Dewasa ini secara prinsip ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope, ) dan tipe digital (DSO - digital storage osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya. Untuk itulah di sini akan ditinjau karakter masing-masing tipe osiloskop tersebut.

Osiloskop Analog

Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Pancaran elektron dari bagian senapan elektron ( electron gun) yang membentur atau menumbuk dinding dalam tabung tersebut Gambar 1 mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor pada layar tabung sehingga terjadi perpendaran atau nyalapada layar yang menggambarkan bentuk dasar gelombang. Dalam perjalanannya dari senapan elektron menuju layar yang berfosfor tadi, elektron-elektron dipengaruhi oleh medan listrik dalam arah vertikal (ke atas maupun ke bawah) oleh sepasang pelat pembelok (defleksi) vertikal dan dalam arah horisontal oleh sepasang pelat defleksi horisontal. Apabila tegangan pada semua pelat tersebut nol Volt, elektron akan berjalan lurus membentur layar sehingga hanya terlihat sebuah bintik nyala ditengah layar saja. Untuk "membuat" gambar garis pada layar, diperlukan gelombang gigi gergaji yang diberikan kepada pasangan pelat horisontal tersebut. Tegangan gigi gergaji ini dihasilkan oleh time base generator/sweep generator atau generator sapu, yang kemudian diperkuat oleh penguat horisontal. Tegangan gigi gergaji ini naik secara linier terhadap waktu sehingga berkas elektron pada layar bergerak dari kiri ke kanan. Setelah sampai di bagian paling kanan layar, tegangan gigi gergaji turun dengan cepat ke nol sehingga memulai gerakan berulang dari bagian kiri layar. Gerakan balik yang cepat ini tidak dapat ditangkap oleh mata sehingga yang terlihat adalah gambar garis horisontal lurus pada layar yang tidak terputus. Agar osiloskop dapat menggambarkan bentuk gelombang yang sedang diamati maka gelombang tersebut diumpankan ke rangkaian vertikal. Rangkaian vertikal ini berfungsi memperkuat atau melemahkan simpangan vertikal dari gelombang masukan, sehingga tegangan yang diberikan ke pasangan pelat defleksi vertikal menghasilkan medan listrik yang dapat mempengaruhi gerakan vertikal elektron secara proporsional selagi ia bergerak menuju ke layar, yang berakibat bentuk gelombang pada layar dapat diperbesar atau diperkecil. Karena arah gerak elektron berdasar vektor medan listrik horisontal dan vertikal, CRT nya disebut direct viev vector CRT. Dari prinsip kerja yang demikian itu, gambar blok ART secara prinsip dapat disederhanakan seperti terlihat pada Gambar 2. Agar gambar pada layar dapat stabil, digunakan rangkaian picu (trigger). Jika suatu gelombang listrik dihubungkan ke ART, rangkaian picu akan memonitor gelombang masukan tersebut dan menunggu event - yakni saat terjadinya peristiwa atau kondisi yang dapat dipakai untuk- pemicuan. Event picu ini berupa suatu sisi atau tebing gelombang yang memenuhi persyaratan yang telah didefinisikan atau ditentukan melalui suatu pilihan tombol pada panel depan osiloskop. Sekali event picu ini terjadi, osiloskop akan menstart generator sapu dan meragakan bentuk gelombang yang sedang diukur. Proses ini akan berulang sepanjang osiloskop tersebut dapat mendeteksi event-event picu.
Selain menyangkut vertikal dan horisontal, osiloskop analog mempunyai dimensi ketiga yang disebut dengan gray scaling (skala/tingkatan atau intensitas kelabu). Tingkatan kelabu ini diciptakan melalui intensitas pancaran elektron pada tabung gambar, yang meragakan detil gambar bagian tertentu secara sekilas saja. Kondisi ini terjadi karena kecepatan pancaran elektron mempengaruhi kecerahan jejaknya. Makin cepat pancaran bergerak dari satu titik ke titik lain pada bagian tertentu, makin sedikit waktu ia dapat mengeksitasi elektron-elektron pada fosfor yang terdapat pada dinding layar. Akibatnya jejak yang membentuk gambar gelombang bagian tersebut akan lebih redup daripada gambar bagian gelombang yang lainnya.
Skala kelabu ini juga menunjukkan frekuensi relatif dari event-event individual (gejala khusus) yang terjadi dalam suatu gelombang yang sifatnya berulang (repetitif). Pancaran elektron yang mengambarkan bagian gelombang yang bentuknya sama secara berulang akan menyebabkan bagian yang dapat tergambar dengan terang di layar, sedangkan event lekuk gelombang yang jarang terjadi akan mendapat lebih sedikit waktu eksitasi. Akhirnya menjadi jelas bahwa daerah dari lapisan fosfor yang dirangsang/dieksitasi secara berulang nampak lebih terang daripada daerah yang kurang distimulasi.
Kesimpulannya, gambar yang diragakan oleh ART kadang begitu redupnya sehingga sulit untuk dilihat baik karena sinyal masukannya mempunyai sisi-sisi yang begitu cepat (seperti halnya gelombang kotak dari suatu astable multivibrator yang bagian sisi tegak gelombangnya hampir tak terlihat) , atau karena gelombang repetitif menghasilkan event-event tertentu yang demikian jarangnya.
Cahaya yang dihasilkan oleh fosfor mempunyai waktu hidup yang sangat pendek setelah pancaran elektron berlalu. Untuk fosfor yang sering digunakan pada CRT yakni P31, cahaya yang dihasilkan akan turun sampai ke suatu harga yang masih dapat dilihat dengan nyaman dalam ruang yang bercahaya sedang, dalam waktu 38 mikrodetik. Jika laju kecepatan pancaran elektron untuk mengeksitasi ulang terjadi di bawah 1/38 mikrodetik atau 26 kHz, maka akan terjadi penurunan cahaya secara dramatis di layar.
Kedipan (flicker) merupakan suatu fenomena lain yang membatasi kinerja CRT. Jika laju eksitasi ulang jatuh dibawah harga minimum tertentu, umumnya sekitar 15 sampai 20 Hz, maka akan terjadi kedipan, yakni peragaan di layar akan tampak nyala dan padam bergantian. GambarGambar 3 menyatakan hubungan antara kecepatan sapuan (horisontal) sebagai fungsi dari laju perulangan (repetition rate) sinyal masukan (vertikal). Untuk memahaminya diberlakukan kondisi sebagai berikut: laju perulangan dari sinyal masukan dipertahankan pada harga yang konstan pada peragaan gelombang yang nyaman dipandang, kemudian kecepatan sapuannya diturunkan secara perlahan sampai kedipan mulai terjadi. Penurunan lebih lanjut akan menghasilkan kedipan yang makin jelas sehingga akhirnya peragaannya tidak bermanfaat sama sekali karena hanya tinggal berupa titik yang bergerak. Sekarang jika diberlakukan hal yang sebaliknya, yakni kecepatan sapuan dijaga konstan pada suatu keadaan di mana masalah cahaya maupun kedipan pada kondisi minimum, kemudian laju kecepatan sinyal masukannya diturunkan, maka cahaya peragaan akan menjadi redup. Batas terendah pada Gambar 3 akan dicapai saat peragaannya tidak dapat dilihat sama sekali di ruang yang penerangannya cukup.
Peragaan bagian gelombang yang nampak redup baik karena sinyal yang diamati mempunyai sisi-sisi atau tebing gelombang yang begitu cepat atau pada gelombang repetitif yang menghasilkan event-event tertentu yang demikian jarang, kini dapat diatasi dengan dengan teknologi MCP ( microchannel plate) dari Tektronix, yang mampu meningkatkan intensitas peragaan bagian-bagian yang redup dari sebuah gelombang sampai 1000 kali kecerahan aslinya tanpa menaikkan intensitas peragaan pada bagian-bagian yang lebih kuat.

Osiloskop Digital (DSO)

Jika dalam osiloskop analog gelombang yang akan ditampilkan langsung diberikan ke rangkaian vertikal sehingga berkesan "diambil" begitu saja (real time), maka dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
Seperti ART, DSO melakukan akuisisinya dalam satu event pemicuan. namun demikian ia secara rutin memperoleh, mengukur dan menyimpan sinyal masukan, mengalirkan nilainya melalui memori dalam suatu proses kerja dengan cara; pertama yang disimpan, yang pertama pula yang akan dikeluarkan, sambil menanti picu terjadi. Sekali osiloskop ini mengenali event picu yang didefinisikan oleh penggunanya, osiloskop mengambil sejumlah cuplikan yang kemudian mengirimkan informasi gelombangnya ke peraga (layar). Karena kerja pemicuan yang demikian ini, ia dapat menyimpan dan meragakan informasi yang diperoleh sebelum picu (pretrigger) sampai 100 persen dari lokasi memori yang disediakan.
DSO mempunyai dua cara untuk "menangkap" atau mencuplik gelombang, yakni dengan teknik single shot atau real time sampling. Dengan kedua teknik ini, osiloskop memperoleh semua cuplikan dengan satu event picu. Sayangnya laju cuplik DSO membatasi lebar pita osiloskop ketika beroperasi dalam waktu nyata (real time). Secara teori (sesuai dengan Nyquist sampling theorema), osiloskop digital membutuhkan masukan dengan sekurang-kurangnya dua cuplikan per periode gelombang untuk merekonstruksi suatu bentuk gelombang. Dalam praktek, tiga atau lebih cuplikan per periode menjamin akurasi akuisisi. Jika pencuplik tidak dapat sama cepat dengan sinyal masukannya, osiloskop tidak akan dapat mengumpulkan suatu jumlah yang cukup yang berakibat menghasilkan suatu peragaan yang lain dari bentuk gelombangnya aslinya. yakni osiloskop akan menggambarkan struktur keseluruhan sinyal masukan pada suatu frekuensi yang jauh lebih rendah dari frekuensi sinyal sesungguhnya.
Ketika menangkap suatu gelombang bentuk tunggal (single shot waveform ) dengan cuplikan waktu nyata, osiloskop digital harus secara akurat menangkap frekuensi sinyal masukan. Osiloskop digital biasanya menspesifikasikan dua lebar pita; real time dan analog. Lebar pita analog menyatakan frekuensi tertinggi jalur masukannya yang dapat lolos tanpa cacat yang serius pada sinyalnya. Lebar pita real time menunjukkan frekuensi maksimum dari osiloskop yang dapat secara akurat mencuplik menggunakan satu event picu. Bergantung dari osiloskopnya, kadang-kadang kedua lebar pita tersebut mempunyai harga yang sama, kadang mempunyai nilai yang berbeda jauh. Sebagai contoh misalnya lebar pita analog dari suatu DSO 350 MHz dan lebar pita real time-nya hanya 40MHz.
Dengan metode alternatif yakni menggunakan equivalent-time sampling DSO secara akurat dapat menangkap sinyal-sinyal sampai pada lebar pita osiloskopnya, tetapi hanya pada sinyal-sinyal yang sifatnya repetitif. Dengan teknik ini, osiloskop digital menerima cuplikan-cuplikan pada banyak event-event picu yang kemudian secara berangsur-angsur mengkonstruksi keseluruhan bentuk gelombangnya. Hanya lebar pita analog yang membatasi osiloskop pada frekuensi berapa dapat menerima teknik ini.
Kebanyakan DSO, apakah ia menggunakan teknik real time atau equivalent time akan mencuplik pada laju maksimum tanpa mengacu berapa dasar waktu (time base) yang di pilih. Pada kecepatan sapuan yang lebih rendah osiloskop digital menerima jauh lebih banyak cuplikan daripada yang dapat disimpannya. Bergantung kepada mode akuisisi yang kita pilih, suatu DSO akan membuang cuplikan ekstra atau menggunakannya untuk pemrosesan sinyal-sinyal tambahan seperti deteksi puncak gelombang (peak detect), maupun sampul gelombang (envelope) .

Analog versus Digital

Dari prinsip kerja kedua jenis osiloskop seperti digambarkan di atas, maka dapat ditarik perbandingan karakter dari keduanya yakni:
GambarDitinjau dari kesetiaan (fidelity) terhadap bentuk sinyal sesungguhnya yang sedang diukur, secara umum ART lebih unggul. Hal ini disebabkan sifat osiloskop analog hanya mengkondisikan sinyal masukan; melemahkan (memperkecil) dan menguatkannya (memperbesar) dalam peragaannya di layar, maka keutuhan esensi dari sinyal masukan tetap utuh. Kesetiaan sinyal (signal fidelity) menyatakan suatu ukuran seberapa dekat bentuk gelombang yang diragakan oleh osiloskop sesuai dengan bentuk gelombang masukan sesungguhnya. Namun demikian dengan teknologi yang sudah maju sekarang ini, keunggulan osiloskop analog dalam bidang ini sudah dapat dipatahkan oleh osiloskop digital. Untuk jelasnya, lihat Gambar 4(a,b,c). Sebuah gelombang repetitif dengan amplitudo 4 Volt, lebar pulsa 200 nanodetik dan frekuensinya 1MHz sedang diamati dengan osiloskop. Gambar 4a adalah peragaan gelombang melalui osiloskop analog, sedang 4b melalui osiloskop digital yang biasa, sementara 4c adalah hasil peragaan dari gelombang yang sama melalui osiloskop digital yang berteknologi lebih maju (yang diambil dalam contoh ini adalah Tektronix InstaVuTM). Dari Gambar 4c terlihat jelas bahwa gelombang tersebut sesungguhnya jelas dicemari oleh crosstalk dari rangkaian didekatnya serta derau.
ART juga mempunyai keuntungan dalam hal resolusi. Karena osiloskop analog mengunakan pancaran elektron untuk menggambar bentuk gelombang dalam peragaannya, ia mempunyai resolusi yang ajeg baik secara vertikal maupun horisontal. "Resolusi yang tak terbatas" ini dapat menyatakan tingkah-tingkah gelombang sampai kepada lebar pita yang dimiliki osiloskop. Dengan ART, proses akuisisinya tidak akan membuat gambar gelombangnya menjadi cacat. Sementara pada DSO, disebabkan proses pembagian digitalisasi sebuah sinyal kedalam pengukuran diskrit (dipecah-pecah), kebanyakan DSO kehilangan kemampuan resolusi yang diperoleh dalam osiloskop analog. Namun demikian, osiloskop digital yang lebih maju telah berhasil menggabungkan teknik pencuplikan yang pintar dan cermat dengan moda akuisisi untuk menaikkan resolusi vertikal maupun horisontalnya. Dengan menaikkan laju cuplikan, sebuah osiloskop digital dapat menaikkan resolusi horisontalnya secara memadai. Untuk menaikkan resolusi vertikalnya, osiloskop digital menggunakan berbagai mode akuisisi yang berdasar pada pemrosesan sinyal digital (DSP=digital sinyal prosessing). Mode ini bekerja pada sinyal-sinyal yang sekejap (single shoot) maupun bentuk-bentuk gelombang yang berulang. Laju cuplikan pada osiloskop digital ada yang mencapai 2 Giga (2.109) per detik, yang berarti mencuplik sinyal setiap 500 piko detik.
Dalam hal persistensi (ketekunan yang terus-menerus) dalam melukiskan bentuk gelombang yang diukur, ART masih memiliki keunggulan dibanding DSO seperti dinyatakan dalam Gambar 8. Efek persistensi ini sebenarnya mengungkapkan informasi yang sangat penting jika kita menganalisa dan menelusuri bentuk-bentuk gelombang dalam suatu perancangan peralatan elektronik yang kompleks seperti halnya pada catu daya switching. DSO tidak mempunyai kemampuan menampilkan kondisi semacam ini, tetapi beberapa model mengimitasikannya melalui tombol mode user-definable persistence. Osiloskop digital yang lebih maju lagi seperti yang memiliki kemampuan untuk meragakan gelombang pada Gambar 4c, dapat menangkap gejala gelombang seperti halnya pada osiloskop analog, karena dapat mencuplik sampai 400.000 gelombang per detik.
Karena pancaran berkas elektron dalam osiloskop analog bergerak pada suatu kecepatan yang sebanding dengan frekuensi gelombang yang diukur, makin cepat frekuensi yang diukur, makin lekas pula pancaran menggambarkannya sehingga jejak yang nampak di layar makin redup dibanding dengan bagian-bagian yang lebih lambat dari gelombang yang diukur (gray scaling). Kondisi ini memberikan gelagat tentang frekuensi relatif ketika menganalisa fenomena sinyal yang saling tumpang tindih atau over-layed seperti halnya pada bentuk gelombang video. Demikian juga ketika suatu kejadian yang sifatnya hanya terjadi kadang-kadang (intermitten) dalam suatu gelombang repetitif, bagian yang ganjil (intermitten) ini akan terlihat lebih gelap dalam peragaan pada layar osiloskop analog daripada sisa gelombangnya yang digambarkan dalam waktu yang jauh lebih lama Gambar 5 .
Ditinjau dari periode selaan, pada osiloskop analog dalam penyapuan dari kiri ke kanan layar, berkas pancaran elektron harus mereposisi diri sendiri sesudah setiap selesai melakukan satu kali sapuan. Selama periode holdoff (reposisi) ini osiloskop menahan diri untuk tidak mendapatkan dan meragakan gelombang. Karena osiloskop analog hanya memerlukan beberapa mikro detik untuk mereposisi berkas pancaran elektronnya, dalam peragaan gelombang, ia menjaga titik-titik buta ini (blind spot) sampai ke harga minimum. Periode holdoff yang kecil ini digabungkan dengan kecepatan pancaran elektron, memungkinkan osiloskop analog dapat memperbarui peragaannya dalam laju maksimum 1MHz.
Osiloskop digital juga mempunyai periode-periode holdoff, tetapi waktu mati ini digunakan untuk pemrosesan gelombang dan fungsi-fungsi penyimpanan. Karena osiloskop digital harus membentuk begitu banyak operasi sebelum meragakan suatu bentuk gelombang, ia mempunyai waktu holdoff yang substansial dengan celah yang tetap dalam orde puluhan mili detik di antara saat penerimaan gelombang. Dengan holdoff yang besar ini berarti osiloskop digital kehilangan aktivitas gelombang yang vital, termasuk misalnya kejadian intermitten, yang mengakibatkan diperolehnya data yang tidak akurat dari gelombang yang sedang diukurnya. Untuk produk peralatan yang baru, waktu holdoff yang relatif besar ini pada DSO dapat dikompensasi dengan memori yang lebih besar dan menggunakan fungsi-fungsi pemicuan khusus sebagai pengganti pemicuan secara sekuensial. Dengan mode picu khusus ini osiloskop digital dapat di set untuk memicu dalam semua kejadian dari bentuk gelombang yang sedang diamati. Hal ini juga akan membantu osiloskop menerima informasi di sekitar kejadian-kejadian gelombang yang ingin diamati. Pemicuan khusus ini termasuk picu-picu pulsa, logika dan video. Pemicuan pulsa seperti gelinciran, kekerdilan dan lebar pulsa, fokus akuisisi di sekitar penyimpangan yang dispesifikasikan sangat berguna terutama ketika memeriksa/menguji rangkaian-rangkaian digital. Dengan pemicuan logika, osiloskop digital dapat memulai akuisisi sesudah semua sinyal-sinyal masukan memenuhi kondisi-kondisi logika yang telah ditentukan, dan menghilangkan pemicuan pada informasi yang tidak diinginkan. Pemicuan video memungkinkan DSO untuk memicu pada bagian yang sama dari sinyal video setiap waktu, memberikan suatu peragaan yang stabil dan bagus.
Dalam hal penyimpanan bentuk gelombang yang diukur, jelas di sini DSO memiliki keunggulan karena ia memiliki memori. Osiloskop analog tidak dapat secara otomatis menyimpan gelombang yang diukurnya. Paling osiloskop analog mungkin dapat mengirim copy gelombang yang diukur ke printer, tetapi pekerjaan ini hanya untuk gelombang -gelombang yang repetitif stabil. Perekaman bentuk gelombang dapat pula dengan menggunakan kamera osiloskop di depan peraga ART dengan menggunakan teknik fotografi. Teknik lain adalah dengan digitalisasi sistem kamera video osiloskop yang menterjemahkan gelombang-gelombang analog ke dalam informasi digital dengan resolusi vertikal 12 bit pada laju cuplikan 100Giga/detik sudah merupakan bagian eksternal dari osiloskop analog yang demikian mahal.
Dalam hal pengukuran gelombang tunggal (single shoot), tak terkecuali osiloskop digital juga dapat menyimpannya. Namun tergantung pada laju pencuplikannya, karena seringkali osiloskop digital mempunyai lebar pita (bandwidth) yang lebih rendah daripada untuk akuisisi gelombang yang repetitif. Ketika sebuah osiloskop digital dalam mode gelombang bentuk tunggal berusaha untuk memperoleh suatu bentuk gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada lebar pita gelombang bentuk tunggalnya, ia akan meragakan suatu versi cacat yang disebut aliasing. Tipe distorsi ini dapat menjadi sangat sukar untuk dideteksi karena dengan adanya aliasing ini berarti bentuk gelombang yang ditampilkan benar tapi frekuensinya salah. Aliasing memang dapat diatasi dengan teknik peak detection, namun perangkat keras peak detection membuat sampul gelombang sinus bermodulasi AM yang sedang diamati osiloskop digital tidak sehalus jika menggunakan ART karena peak detector tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan gelombang pembawanya (carrier).
Osiloskop analog meragakan gelombang bentuk tunggal atau yang berulang sampai ke lebar pita penuh yang dimilikinya. Tetapi dapat terjadi suatu kejadian satu waktu yang biasanya terjadi sedemikian cepat sehingga hanya sebuah kamera osiloskop yang dapat untuk menangkap kejadian tersebut. Kejadian-kejadian gelombang bentuk tunggal seringkali nampak begitu suram dalam peragaan osiloskop analog karena sifat transien dan kecepatannya. Namun demikian seperti telah disebutkan di atas bahwa kendala ini dapat diatasi melalui penerapan teknologi MCP.
Dalam menangkap bentuk bagian gelombang yang diukur sebelum terjadinya picu pada time base generatornya, DSO mempunyai keunggulan dibanding ART karena DSO secara terus menerus mencuplik dan mendigitalisasikan sinyal masukan selagi ia menanti sebuah event picu sehingga aktivitas gelombang sebelum terjadinya picu dapat diamati.

Penutup

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis bentuk gelombang akan lebih baik jika diamati dengan osiloskop analog, sementara jenis yang lainnya dengan osiloskop digital.
Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah (sekitar 10 - 20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard HP 54600.
Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan teknisi dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur.
Pada akhirnya yang paling baik adalah jika kita memiliki osiloskop yang mampu menggabungkan keunggulan osiloskop analog dan osiloskop digital, dan saat ini, kinerja osiloskop yang seperti itu memang dapat diperoleh di pasaran. Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk memiliki atau menggunakan sebuah osiloskop, kenali lebih dulu apa keunggulan atau fasilitas yang dimilikinya melalui buku petunjuk atau brosurnya.

Perbedaan Sinyal/Data Analog Dengan Sinyal/Data Digital

1. Sinyal/Data Analog
Sinyal/Data analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitudo dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus.
Dengan menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise. Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan phase.
v     Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog.
v     Frekuensi adalah jumlah gelombang sinyal analog dalam satuan detik.
v     Phase adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
2. Sinyal/Data Digital
Sinyal/Data digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan yang tiba-tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0 dan 1, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, tetapi transmisi dengan sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat.
Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret. Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada sinyal digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah (21). Kemungkinan nilai untuk 2 bit adalah sebanyak 4 (22), berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi n bit adalah sebesar 2n buah.
DATA DAN SINYAL
Data analog dapat merupakan sinyal analog. Demikian pula,data digital dapat merupakan sinyal digital. Data digital dapat juga dijadikan sinyal analog dengan memakai modem(modulator/demodulator) sedangkan data analog dapat dijadikan sinyal digital dengan memakai codec (coder-decoder).
Lihat tabel berikut yang merangkum metode transmisi data :
§  Data dan sinyal
SINYAL ANALOG
SINYAL DIGITAL
data analog
Dua alternatif: (1) sinyal menempati spektrum yang sama seperti data analog; (2) data analog diuraikan untuk menempati posisi spektrum yang berbeda
data analog diuraikan mempergunakan suatu codec untuk memproduksi suatu aliran bit digital.
data digital
data digital data digital diuraikan menggunakan suatu modem untuk memproduksi sinyal analog.
dua alternatif: (1) sinyal terdiridari dua level tegangan yang  mewakili dua angka binary; (2)  data digital diuraikan untuk menghasilkan suatu sinyal digital sesuai dengan keinginan.
TRANSMISI ANALOG
TRANSMISI DIGITAL
sinyal analog
disebarkan melalui amplifier; perlakuan yang sama baik sinyal yang digunakan sebagai data analog atau digital.
anggap bahwa sinyal analog mewakili data digital. Sinyal disebarkan melalui repeater; pada tiap repeater, data digital diperoleh kembali dari sinyal asal dan dipakai untuk menghasilkan suatu sinyal analog baru yang berbeda.
sinyal digital
Tidak dipakai
sinyal digital mewakili suatu aliran dari ’1′ dan ’0′, dimana mungkin mewakili data digital atau mungkin suatu encoding dari data analog. Sinyal disebarkan melalui repeaterrepeater; pada tiap repeater, aliran dari ’1′ dan ’0′ diperoleh kembali dari sinyal asal dan dipakai untuk menghasilkan suatu sinyal digital baru yang berbeda.
Transmisi analog adalah suatu upaya mentransmisi sinyal analog tanpa memperhatikan muatannya; sinyal-sinyalnya dapat mewakili data analog atau data digital. Untuk jarak yang jauh dipakai amplifier yang akan menambah kekuatan sinyal sehingga menghasilkan distorsi yang terbatas.
Transmisi digital, berhubungan dengan muatan dari sinyal. Untuk mencapai jarak yang jauh dipakai repeater yang menghasilkan sinyal sebagai ’1′ atau ’0′ sehingga tidak terjadi distorsi.

Perbedaan Signal Analog , Signal Digital

penyiaran secara digital berbeda dengan penyiaran analog, dan yang menjadi perbedaan yang bersistem atau mempunyai sifat modulasi digital dan menerus oleh satu pelanggan dalam satu periode pembicaraan), maka teknik TDMA hanya dapat mengakomodasi data digital atau modulasi digital. Sehingga sinyal-sinyal analog yang akan dikirim, harus diubah menjadi format digital dahulu
Tiap sinyal modulasi memerlukan bandwidth center tertentu disekitar frekuensi. carriernya, dinyatakan sebagai suatu channel. Sinyal input baik analog maupun digital akan ditransmisikan melalui medium dengan sinyal. analog. Dapat mengendalikan sumber-sumber dengan kecepatan yang berbeda-beda. TDM Link Control. Mekanisme kontrolnya tidak diperlukan protokol data link maka aliran data yang. ditransmisikan tidak mengandung header dan trailer. 
Hal ini terjadi terutama pada siaran TV yang menggunakan modulasi analog, misal pada siaran UHF atau VHF. Memang kecenderungan perkembengan teknologi elektronika mengarah ke system digital ini ditandai dengan maraknya operator Sebenarnya tidak hanya 7, ada banyak cara untuk mencari ketenangan hati
Kecepatan Modulasi. Ketika teknik pengkodean sinyal digunakan, perbedaan perlu dibuat antara kecepatan data ( dinyatakan dalam bit per detik) dan kecepatan modulasi (dinyatakan dalam baud). Teknik-Teknik Scrambling Patut dicatat bagaimanapun juga, bahwa sampel-sampel analog ini disebut sampel pulse amplitude modulation (PAM) atau modulasi amplitudo pulsa. Untu mengubah menjadi digital, masing-masing dari sampel analog ini harus ditandai dengan suatu kode biner. Terjadi akibat kecepatan sinyal yang melalui medium atau media berbeda-beda sehingga sampai pada penerima dengan waktu yang berbeda. 3. Noise.  Tambahan sinyal yang tidak diinginkan yang masuk dimanapun diantara pengirim dan penerima. data digital, sinyal analog. data yang dikirim berupa data digital dengan sinyal berupa sinyal analog; diperlukan konverter yang disebut sebagai MODEM. MO --> Modulasi : mengubah data digital ke dalam sinyal analog (Tx) Sebelum saya menjelaskan mengenai perbedaan TV analog dengan TV Digital



Signal analog
Signal analog adalah signal yang berupa gelombang elektro magnetik dan bergerak atas dasar fekuensi. Frekuensi adalah jumlah getaran bolak balik sinyal analog dalam satu siklus lengkap per detik. Satu siklus lengkap terjadi saat gelombang berada pada titik bertegangan nol, menuju titik bertegangan positif tertinggi pada gelombang, menurun ke titik tegangan negatif dan menuju ke titik nol kembali (lihat gambar). Semakin tinggi kecepatan atau frekuensinya semakin banyak siklus lengkap yang terjadi pada suatu periode tertentu. Kecepatan frekuensi tersebut dinyatakan dalam hertz. Sebagai contoh sebuah gelombang yang berayun bolak balik sebanyak sepuluh kali tiap detik berarti memiliki kecepatan sepuluh hertz.
Signal analog dapat digunakan dalam media tertutup seperti kabel coaxial, TV kabel dan kabel tembaga . Signal analog dapat pula digunakan melalui medium terbuka seperti gelombang mikro, telepon rumah tanpa kabel dan telepon seluler.
Kerugian pada sinyal sistem analog
Pengiriman signal analog dapat dianalogikan mengirim air lewat pipa. Aliran pipa kehilangan tenaganya saat disalurkan melalui sebuah pipa. Semakin jauh pipa semakin banyak tenaga yang berkurang dan aliran semakin menjadi lemah. Demikian pula signal analog akan menjadi lemah setelah melewati jarak yang jauh.
Selain bertambah jauh signal analog juga memungut interferensi elektrik atau “noise” dari dalam jalur. Kabel listrik, petir dan mesin-mesin listrik semua menginjeksikan noise dalam bentuk elektrik pada signal analog.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka diperlukan alat penguat signal yang disebut amplifier



Signal digital
Sebagai ganti gelombang maka signal pada sistem digital ditransmisikan dalam bentuk bit bit biner. Sistem biner adalah sistem on – off (atau sistem 1 – 0 ), jadi bila ada tegangan atau on maka di angkakan 1, sedang bila tidak ada tegangan  atau off maka diangkakan 0.  Meski memiliki kelemahan terhadap nosie inteferensi listrik apabila jarak semakin jauh, namun signal digital masih dapat diperbaiki atau “direparasi” artinya dengan cara membangkitkan ulang bit-bit tersebut dengan tidak meregenerasi noise
Kelebihan pada signal sistem digital
Signal digital memiliki kelebihan dibanding signal analog; yang meliputi :

  1. Kualitas suara lebih jernih, selain lebih jelas signal digital memiliki sedikit kesalahan
  2. Kecepatan lebih tinggi
  3. Lebih sedikit kesalahan
Memerlukan tenaga pendukung yang tidak terlalu kompleks.
Berbagai contoh sistem digital saat ini (sebelumnya sistem analog):

  • Audio recording (CDs, DAT, mp3)
  • Phone system switching
  • Automobile engine control
Berbagai contoh sistem analog :

  • Perekam pita magnetic
  • Penguat audio