Suatu pertanyaan yang timbul mengapa kita tertarik dalam mengembangkan pengkondisian
sinyal digital. Survei menyeluruh terhadap aplikasi elektronik dalam industri
memperlihatlan bahwa teknik konversi ke dalam digital mengalami pengingkatan. Ada banyak alasan untuk
konversi ini, namun ada dua hal yang penting. Pertama adalah reduksi terhadap
ketidakpasian (uncertainty) ketika
melakukan pengkodean informasi secara digital terhadap informasi analog. Jika
suatu sistem menyediakan informasi analog, perhatian yang besar harus dilakukan
untuk memperhitungkan pengaruh derau listrik, pergeseran (drift) bati suatu penguat, pengaruh pembebanan (loading effects), dan sejumlah
permasalahan lain yang dekat dengan elektronika analog. Di dalam sinyal yang
dikodekan secara digital, suatu kabel dapat memuat level tinggi atau rendah
yang tidak benar-benar rentan terhadap permasalahan di atas berkaitan dengan
pemrosesan analog. Akurasi sinyal digital ini dalam merepresentasikan informasi
merupakan permasalahan tersendiri.
Alasan kedua untuk konversi ke dalam elektronika digital adalah keinginan
perkembangan untuk mempergunakan komputer digital dalam proses industri. Secara
normal, komputer memerlukan informasi yang dikodekan dalam bentuk digital
sebelum dapat dipergunakan. Pertanyaan mengenai kebutuhan untuk pengkondisian
sinyal digital menjadi sebuah pertanyaan mengapa komputer sangat banyak
digunakan di dalam industri. Hal ini benar-benar hal kompleks dan banyaknya
dapat ditulis berulang-ulang. Dengan menyebutkan beberapa alasan yang akan
dinyatakan, seperti yang akan didiskusikan lebih lanjut yaitu. (1) kemudahan
dengan menggunakan untuk mengendalikan suatu sistem kontrol proses
multivariabel, (2) melalui pemrograman komputer, nonlinieritas di dalam output
transduser dapat dilinierkan, (3) persamaan kontrol yang rumit dapat
diselesaikan untuk menentukan fungsi kontrol yang diperlukan, dan (4) kemampuan
untuk mengubah rangkaian pemroses digital yang kompleks dalam bentuk mikro
seperti integrated circuits (IC).
Sungguh, dengan pengembangan chip mikroporsesor, seluruh komputer dapat
diimplementasikan pada satu papan rangkaian tercetak (PCB). Teknologi ini tidak
hanya mengurangi ukuran fisik, namun juga dapat mengurangi konsumsi daya serta
rata-rata kegagalan.
Dengan perkembangan penggunaan komputer dalam teknologi kontrol proses,
sangatlah jelas bahwa ada individu dilatih untuk bekerja dalam bidang ini juga
harus benar-benar tahu dalam teknologi elektronika digital. Pertanyaan mendasar
adalah seberapa jauh persiapan yang diambil dapat mencakup studi mengenai hal kompleks
yang terkait. Jawbannya adalah seorang
ahli teknologi harus memahami elemen-elemen dan karakteristik dari loop
kontrol proses. Dalam konteks ini, elektronika digital dipergunakan sebagai
alat untuk mengimplementasikan fitur penting dari kontrol proses dan juga harus
dipahami bagaimana piranti tersebut mempengaruhi karakteristik loop. Anggap
bahwa seseorang tidak perlu mengetahui secara mendetail bentuk fisik dari kabel
yang dibentangkan untuk memahami aplikasi dari strain gages dalam rangka menggunakan piranti ini dengan baik pada
proses kontrol. Hal yang sama pula, seseorang tidak perlu mengetahui desain
internal dari gerbang-gerbang logika dan mikrokomputer untuk menggunakan
piranti ini dalam kontrol proses. Dalam hal ini, sudut pandang dari bab ini
sengaja dipilih untuk membantu pembaca yang memiliki latar belakang dalam
teknologi digital untuk memahami aplikasinya dalam kontrol proses.
3.2.
KONVERTER
Alat bantu digital yang paling
penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi
digital ke bentuk analog dan juga sebaliknya. Sebagian besar pengukuran
variabel-variabel dinamik dilakukan oleh piranti ini yang menerjemahkan
informasi mengenai vaiabel ke bentuk sinyal listrik analog. Untuk menghubungkan
sinyal ini dengan sebuahkomputer atau rangkaian logika digital, sangat perlu
untuk terlebih dahulu melakukan konversi analog ke digital (A/D). Hal-hal
mengenai konversi ini haris diketahui sehingga ada keunikan, hubungan
khusus antara sinyal analog dan digital.
Seringkali, situasi yang sebaliknya terjadi dimana sinyal digital diperlukan
untuk menggerakkan sebuah piranti analog. Dalam hal ini, diperlukan sebuah
konverter digital ke analog (D/A).
3.3.1
Komparator
Bentuk komunikasi yang paling mendasar antara wujud digital dan analog
adalah piranti (biasanya berupa IC) disebut komparator.
Piranti ini, yang diperlihatkan secara skematik dalam Gambar 3.4, secara
sederhana membandingkan dua tegangan pada kedua terminal inputnya. Bergantung
pada tegangan man yang lebih besar, outputnya akan berupa sinyal digital 1 (high) atau 0 (low). Komparator ini digunakan secara luas untuk sinyal alarm ke
komputer atau sistem pemroses digital. Elemen ini juga merupakan satu bagian
dengan konverter analog ke digital dan digital ke analog yang akan didiskusikan
nanti.
Gambar 3.4 Sebuah komparator merubah keadaan logika output
sesuai fungsi tegangan input analog
Sebuah komparator dapat tersusun dari sebuah opamp
yang memberikan output terpotong untuk menghasilkan level yang diinginkan untuk
kondisi logika (+5 dan 0 untuk TTL 1 dan 0). Komparator komersil didesain untuk
memiliki level logika yang dperlukan pada bagian outputnya.
CONTOH 3.7
Sebuah
sistem kontrol proses memiliki spesifikasi dimana temperatur tidak boleh
melebihi 160°C jika
tekanan juga melebihi 10N/m2 (Pa). Deasin sebuah sistem utuk
mendeteksi kondisi ini, menggunakan transduser tekanan dan temperatur
masing-masing dengan fungsi alih 2.2 mV/°C dan 0.2 V/N/m2.
SOLUSI
Kondisi
alarm akan terjadi pada saat sinyal temperatur (2.2 mV/°C)(160°C) = 3.52 V bersamaan dengan
sinyal tekanan (0.2 V/N/m2)(10 N/m2) = 2 volt.
Rangkaian dari Gambar 3.5 memperlihatkan bagaimana alarm ini dapat
diimplementasikan dengan komparator dan satu gerbang AND.
Gambar 3.5 Diagram
rangkaian untuk Dontoh 3.7.
3.3.2
Konverter Digital ke Analog (DAC)
Sebuah DAC menerima informasi digital dan
mentransformasikannya ke dalam bentuk suatu tegangan ananlog. Informasi digital
adalah dalam bentuk angka biner dengan jumlah digit yang pasti. Khususnya
ketika dipergunakan sebagai penghubung dengan sebuah komputer, angka biner ini
disebut word biner atau word komputer. Digit-digit tersebut disebut bit word.
Sehingga, sebuah word 8 bit akan memberikan sebuah angka biner yang memiliki
delapan digit, seperti 101101102. Konverter D/A mengonversi sebuah
word digital ke dalam sebuah tegangan analog dengan memberikan skala output
analog berharga nol ketika semua bit adalah nol dan sejumlah nilai maksmum
ketika semua bit adalah satu. Hal ini dapat direpresentasikan secara matematis
dengan memperlakukan angka biner sebagai angka pecahan. Dalam konteks ini,
output dari konverter D/A dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan (3.1)
yang memberikan skala dari sejumlah tegangan referensi.
Vx = VR
[b12–1 + b22–
2 + . . . + bn2 – n ] (3-3)
Dimana
Vx = output
tegangan analog
VR = tegangan
referensi
b1 b2 . . . bn = word biner n-bit
Perlu diketahui bahwa minimum dari
Vx adalah nol, dan harga
maksimum ditentukan oleh ukuran dari word biner, karena dengan semua bit yang
diset berharga satu, ekivalen desimal mendekati harga VR sesuai dengan peningkatan jumah bit. Sehingga sebuah
word 4-bit memiliki harga maksimum
Vmax = VR
[2–1 + 2– 2 + 2– 3 + 2 – 4 ] =
09375 VR
Sedangkan sebuah word 8-bit mamiliki
harga maksimum
Vmax = VR
[2–1 + 2– 2 + 2– 3 + 2 – 4 + 2–5
+ 2– 6 + 2– 7 + 2 – 8 ] =
09961 VR
RESOLUSI KONVERSI
Resolusi konversi juga merupakan sebuah fungsi jumlah dari bit-bit yang
ada dalam word. Lebih banyak bit, lebih kecil perubahan di dalam output analog
untuk perubahan 1-bit di dalam word biner sehingga resolusi semakin besar.
Perubahan terkecil yang mungkin terjadi secara sederhana dinyatakan oleh
DVx = VR 2 – n (3-4)
Dimana
DVx = perubahan
output terkecil
VR = tegangan
referensi
n = jumlah
bit-bit di dalam word
sehingga, sebuah konverter D/A word 5-bit dengan
tegangan revferensi 10 volt akan menghasilkan perubahan sebesar DVx = (10)
(2 – 5) = 0.3125 volt per volt.
CONTOH 3.8
Tentukan
berapa banyak bit yang harus dimiliki sebuah konverter D/A untuk memberikan
peningkatan output sebesar kurang dari 0.04 volt. Tegangan referensi adalah 10
volt.
SOLUSI
Salah satu
cara untuk mendapatkan solusi ini adalah dengan secara kontinyu mencoba ukuran
word hingga diperoleh resolusi yang jatuh kurang dari 0.04 volt per bit. Sebuah
prosedur yang lebih analitik adalah membentuk persamaan
DV
= 0.04 = (10)
(2 – y)
sembarang n yang lebih besar
dari bagian integer dari eksponen 2 dalam persamaan ini akan memenuhi
keperluan. Dengan mengambil logaritma
log
(0.04) = log (10) (2 – y )
log
(0.04) = log (10) – y log 2
y =
y = 7.966
sehingga, sebuah n
= 8 akan memenuhi kriteria yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
Persamaan (3-4).
DVx = (10)
(2 – 8)
DVx =
0.0390625 volt
Gambar 3.6 Diagram yang
memperlihatkan input dan output dari konverter
digital ke analog (DAC) n-bit.
KARAKTERISTIK DAC
Untuk aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi
(IC), yang diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan
output tertentu. Dalam Gambar 3.6, kita lihat elemen penting dari DAC dengan
input dan output yang diinginkan. Karakteristik yang berkaitan dapat diringkas
oleh referensi dari gambar ini.
1.
Input Digital.
Secara khusus, jumlah bit dalam sebuah word biner paralel disebutkan di dalam
lembar spesifikasi. Biasanya, level logika TTL dipergunakan kecuali dikatakan
lain.
2.
Catu Daya. Merupakan
bipolar pada level ± 12 V hingga ± 18 V seperti yang dibutuhkan oleh amplifier
internal.
3.
Suplai Referensi.
Diperlukan untuk menentukan jangkauan tegangan output dan resolusi dari
konverter. Suplai ini harus stabil, memiliki riple yang kecl. Dalam beberapa
unit, diberikan referensi internal.
4.
Output.
Sebuah tegangan yang merepresentasikan input digital. Tegangan ini berubah
dengan step sama dengan perubahan bit input digital dengan step yang ditentukan
oleh Persamaan (3-4). Output aktual dapat berupa bpolar jika konverter didesain
untuk menginterpretasikan input digital negatif.
5.
Offset.
Karena DAC biasanya diimplementasikan dengan op-amp, maka mungkin adanya tegangan
output offset dengan sebuah input nol. Secara khusus, koneksi akan diberikan
untuk mendukung pengesetan ke harga nol dari output DAC dengan input word nol.
6.
Mulai konversi.
Sejunlah rangkaian DAC memberikan sebuah logika input yang mempertahankan
konversi dari saat terjadinya hingga diterimanya sebuah perintah logika
tertentu (1 atau 0). Dalam ini, word input digital
diabaikan hingga diterimanya input logka tertentu.
Dalam sejumlah hal, sebuah buffer input diberikan untuk
memegang (hold) word digital selama
dilakukannya konversi hingga selesai, bahkan word ini sendiri dapat muncuk pada
jalur input hanya dalam waktu singkat. Buffer-buffer ini biasanya berupa
flip-flop (FF) yang yang dimasukkan di antara terminal-terminal input dari
konverter dan jalur digital.
STRUKTUR DAC
Jelasnya, sebuah
DAC dipergunakan sebagai kotak hitam (black
box), dan tidak ada pengetahuan mengenai cara kerja internal diperlukan. Ada beberapa hal penting
ntuk menunjukkan bagaimana konversi dapat diimplementasikan. Konversi yang paling
sederhana mempergunakan sebuah suatu deretan op-amp ntuk input dengan tujuan
dipilih penguatan yang memberikan suatu output sesuai dengan Persamaan (3-3).
Macam yang paling umum adalah mempergunakan sebuah jaringan ladder resistif
untuk menghasilkan fungsi transfer. Jaringan ini diperlihatkan dalam Gambar 3.7
dalam hal konverter 4-bit. Dengan pilihan resistor R-2R, dapat diperlihatkan
malaui analisis jaringan dimana teganganoutput diberikan oleh Persamaan (3-4).
Saklar merupakan saklar analog elektronik.
Gambar 3.7 Jaringan ladder
merupakan suatu contoh untuk sebuah rangkaian umum untuk konverter D/A.
CONTOH 3.9
Sebuah
katup kontrol memiliki variasi linier untuk bukaan sesuai dengan variasi
tegangan input dari 0 – 10 volt. Sebuah mikrokomputer menghasilkan output 8-bit
untuk mengendalikan pembukaan katup kontrol dengan mempergunakan sebuah DAC
8-bit ntuk menghasilkan tegangan katup. (a) Cari tegangan referensi yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu pembukaan katup penuh (10 volt); (b) Cari
persentase pembukaan katup untuk perubahan 1-bit dalam word input.
SOLUSI
(a)
Kondisi bukaan katup penuh terjadi dengan inpt
tegangan 10 volt. Jika sebuah referensi
10 volt dipergunakan, sebuah word digital penuh 11111111 tidak akan memberikan
tepat 10 volt, sehingga kita akan mempergunakan sebuah referensi tegangan yang
lebih besar. Sehingga kita dapatkan
Vx = VR
[b12–1 + b22–
2 + . . . + b82 – 8 ]
10 = VR (3-3)
VR = = 10.0039
(b)
Persentase perubahan katup tiap step ditentukan
pertama kali dari
DVx = VR 2 – 8
DVx = (10.0039)
DVx =
0.0392 V
sehingga,
% = = 0.392 %
DAC SERIAL
Dalam
sejumlah kasus, word digital merupakan tipe serial pada jalur input selain bit
paralel. Dalam hal ini, diperlukan baik konverter serial maupun konverter
serial ke paralel, dengan output bufer.
3.3.3
Konverter Analog ke Digital (ADC)
Meskipun ada beberapa transduser yang memberikan output sinyal digital
secara langsung dan sdang dikembangkan, sebagian besar transduser tetap hanya
mengkonversi variabel dinamik ke dalamsebuah sinyal lsitrik analog. Dengan
peningkatan penggunaan logika digital dan komputer di dalam kontrol proses,
sangat [erlu untuk mempergunakan sebuah DAC untukmenhasilkan sebuah output yang
dikodekan secara digital. Fungsi transfer dari ADC dapat diekspresikan dengan
cara yang sama denga Persamaan (3-3) dalam sejumlah tegangan analog yang
diberikan sebagai nput, dan konverter mendapatkan sebuah bilangan biner yang
jika disubstitusikan ke dalam Persamaan (3-3) memberikan input analog. Sehingga
Vx = VR
[b12–1 + b22–
2 + . . . + bn2 – n ] (3-5)
Dimana
Vx = input tegangan
analog
VR = tegangan
referensi
b1 b2 . . . bn = output digital n-bit
Kita
mempergunakan kesamaan pendekatan dalam ersamaan ini karena tegangan di sebelah
kanan dapat berubah oleh ukuran step yang terbatas oleh Persamaan (3-4),
DV
= VR 2 – n (3-4)
Hal ini berarti bahwa ada ketidakpastian
dari DV di dalam melakukan konversi
dari tegangan analog ke snyal digital. Ketidakpastian ini harus diambil ke
dalam perhitungan di dalam aplikasi desain. Jika permasalahan sesuai dengan
pertimbangan menentukan suatu resolusi tertentu terhadap tegangan analog, maka
ukuran word dan referensi harus dipilih ntuk mendapatkan resolusi ini dalam
bilangan yang dikonversikan ke bilangan digital.
CONTOH 3.10
Temperatur
akan diukur oleh sebuah transduser dengan output 0.02 volt/°C. Tentukan referensi ADC
yang diperlukan dan ukuran waord untuk mengukur 0 – 100°C dengan resolusi 0.1°C.
SOLUSI
Pada
temperatur maksimum 100°C, tegangan
output adalah.
(0.02 V/°C)
(100°C)
= 4 V
sehingga dipergunakan referensi 2
V.
Sebuah perubahan 0.1°C menghasilkan suatu perubahan tegangan
(0.1°C)
(0.02 V/°C)= 2 mV
sehingga
kita memerlukan ukuran word
0.002 V = (2)
(2 – y )
Memilih sebuah ukuran n dengan
satu bagian integer dari y. Sehingga,
menyelesaikannya dengan logaritma kita dapatkan
y =
y = 9.996 » 10
sehingga, sebuah word 10 bit diperlukan untuk resolusi
ini. Sebuah word 10-bit memiliki resolusi
V = (2)
(2 – 10)
DVx = 0.00195
volt
yang
lebih kecil dari resolusi minimum yang diperlukan yaitu 2 mV.
CONTOH 3.11
Cari word
digital yang diperoleh dari input 3.217 volt untuk sebuah ADC 5-bit dengan
referensi 5 volt.
SOLUSI
Hubungan
antara input dan output adalah
Vx = VR
[a12–1 + a22–
2 + a32– 3 + a42–
4 + a52 – 5 ] (3-5)
Sehingga,
kita akan mengkodekan sebuah bilangan pedahan yaitu Vx/VR
atau
a12–1 + a22–
2 + . . . + a52 – 5 = = 0.6254
Menggunakan
metoda perkalian succesive yang dinyatakan dalam SubBab 3.2.2, kita peroleh
0.6254 (2) = 1.2508 \ a1 = 1
0.2508 (2) = 0.5016 \ a2 = 0
0.5016 (2) = 1.0032 \ a3 = 1
0.0032 (2) = 0.0064 \ a4 = 0
0.0064 (2) = 0.0128 \
a5 = 0
Sehingga outputnya adalah
101002.
STRUKTUR A/D
Hampir semua ADC yang tersedia dalam bentuk rakitan
rangkaian terintegrasi (IC) yang dapat dianggap sebagai kotak hitam (black box). Untuk dapat benar-benar
mengenal karakteristik dari piranti ii, sangatlah penting untuk memeriksa
teknik standar yang dipergunakan untuk melakukan konversi. Ada dua metoda yang dipergunakan untuk
melakukan konversi yang merepresentasikan pendekatan yang sangat berbeda untuk
permasalahan konversi.
ADC PARALEL – FEEDBACK
Konverter A/D paralel-feedback menerapkan sistem umpan
balik (feedback) untuk melakukan
konversi seperti diperlihatkan pada Gambar 3.8. Pada dasarnya, sebuah
komparator dipergunakan untuk membandingkan tegangan input Vx terhadap sebuah tegangan
umpan balik VP yang
berasal dari sebuah DAC seperti tampak dalam gambar. Komparator menghasilkan
sinyal yang menggerakkan sebuah jaringan logika yang menaikkan output digital
(dan juga input DAC) hingga komparator mengindikasikan dua sinyal adalah sama
sesuai resolusi dari konverter. Konverter paralel-feedback yang paling populer
adalah pendekatan successive. Pada
piranti ini, susunan rangkaian logika dibuat secara successive dan menguji setiap bit, dimulai dengan bit paling
penting (MSB) dari word. Kita memulainya dengan semua bit nol. Dari sini,
operasi pertama adalah dengan mengeset b1
= 1 dan menguji VF = VR 2 – 1 terhadap Vx melalui komparator.
Gambar 3.8 Konverter A/D
tipe pendekatan successive sangat
umum digunakan dan melibatkan penggunaan konverter D/A.
Jika Vx
lebih besar, maka b1
adalah satu; b2 diset ke 1 dan dilakukan test bagi Vx terhadap VV = VR(2 – 1 + 2 –
2 ), dan seterusnya.
Jika Vx
lebih kecil dari VR2–1, maka b1 direset ke nol; b2
diset ke 1 dan dilakukan test bagi VxR 2 – 2. Proses
ini diulang hingga bit terendah (least
significant bit) dari word. Operasi yang terjadi paling baik diilustrasikan
melalui contoh. terhadap V
CONTOH 3.12
Cari
pendekatan successive output
ADC untuk konverter 4-bit terhadap input 3.217 volt jika referensi adalah 5
volt.
SOLUSI
Mengikuti
prosedur secara garis besar, kita mendapatkan operasi berikut. Dengan Vx = 3.217.
(1) Mengeset b1 = 1 VF = 5(2 – 1) = 2.5
volt
Vx
> 2.5 biarkan b1 = 1
(2) Mengeset b2 = 1 VF = 2.5 + 5(2 – 2)
= 3.75 volt
Vx
< 3.75 reset b2
= 0
(3) Mengeset b3 = 1 VF = 5(2 – 3) = 3.125
volt
Vx
> 3.125 biarkan b1 = 1
(4) Mengeset b4 = 1 VF = 3.125 + 5(2 – 4)
= 3.4375 volt
Vx
< 3.4375 mereset b1
= 0
Melalui
prosedur ini, kita dapatkan output merupakan sebuah word biner 10102.
Selain input analog, output digital, catu daya, dan
referensi input, sebagian besar konverter A/D
memiliki sebuah input logika untuk memulai konversi (start conversion) dan sebuah output logika konversi selesai (finished conversion) seperti diperlihatkan pada Gambar 3.8.
A/D RAMP
Konverter A/D tipe ramp pada intinya membandingkan
tegangan input terhadap tegangan ramp
yang naik secara linier. Sebuah pencacah (counter)
biner diaktifkan untuk mencacah step ramp sampai tegangan ramp sama dengan
input. Ramp ini sendiri dihasilkan oleh sebuah rangkaian integrator op-amp,
yang didiskusikan dalam SubBab 2.5.6.
Gambar 3.9 Konverter A/D
slope ganda mempergunakan integrator op-amp, komparator, dan rangkaian digital
yang berkaitan.
A/D RAMP SLOPE GANDA
ADC ini merupakan tipe yang paling umum dari konverter
ramp. Diagram yang disederhanakan dari piranti ini diperlihatkan pada Gambar
3.9. Prinsip kerjanya berdasar pada kemampuan sinyal input untuk menggerakkan
integrator untuk waktu tetap T1,
sehingga menghasilkan sebuah output
(3-6)
atau karena Vx adalah konstan,
(3-7)
Setelah waktu T1, input integrator secara elektronis tersaklar pada
suplai referensi yang bernilai negatif. Kemudian komparator melihat sebuah
tegangan input yang berkurang dari V1 sebagai
(3-8)
atau , karena VR adalah
konstan dan V1 diperoleh dari Persamaan (3-7),
(3-9)
sebuah pencacah diaktifkan pada waktu T1 dan mencacah hingga komparator
mengindikasikan V2 = 0 pada waktu tx, Persamaan (3-9) mengindikasikan bahwa Vx sebesar
(3-10)
Sehingga, waktu pencacah tx adalah linier terhadap Vx dan juga tidak bergantung
pada karakteristik integrator, yaitu R
dan C. Prosedur ini diperlihatkan
dalam diagram waktu pada Gambar 3.10 konversi dimulai sinyal digital konversi
mulai (start) dan selesai (complete) jugadipergunakan dalam piranti
ini, dan (dalam beberapa kasus) referensi internal atau eksternal dapat
dipergunakan.
Gambar 3.10 Konverter
A/D slope ganda mencacah waktu yang diperlukan untuk zero crossing output integrator dari sebuah input yang diketahui.
CONTOH 3.13
Sebuah ADC
slope ganda seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.9 memiliki R = 1 kW dan C = 0.01 mF. referensi adalah 10 volt, dan waktu integrasi adalah
10 ms.
Cari waktu konversi untuk input 6.8 volt.
SOLUSI
Kita cari
tegangan setelah waktu integrasi 10 ms sebagai
(3-7)
V1
= 6.8 volt
Kemudian kita dapatkan waktu yang
diperlukan untuk mengintegrasikan ke harga nol V2 = 0 dalam
(3-9)
sehingga,
tx = 6.8 ms
kemudian waktu
konversi total adalah 10 ms + 6.8 ms = 16.8 ms.
KARAKTERISTIK UMUM
Sejumlah besar fitur umum yang mungkin
dimiliki oleh konverter A/D, yang penting dalam aplikasi:
1.
Input.
Biasanya berupa level tegangan analog. Level yang paling umum adalah 0 – 10
volt atau –10 hingga +10 jika dimungkinkan konversi bipolar. Dalam beberapa
kasus, level ditentukan oleh sebuah referensi suplai eksternal.
2.
Output.
Sebuah word biner paralel atau serial yang merupakan hasil pengkodean input
analog.
3.
Referensi. Stabil,
sumber dengan ripple kecil terhadap konversi.
4.
Suplai Daya.
Biasanya, sebuah suplai bipolar ±12 hingga ±18 V diperlukan untuk amplifier
analog dan komparator dan sebuah suplai +5 V untuk rangkaian digital.
5.
Input Sample and
Hold. Error timbul jika tegangan inputberubah selama proses konversi. Untuk
alasan ini, sebuah amplifier sample and
hold selalu dipergunakan pada input untuk memberikan sebuah tegangan input
tetap ntuk proses konversi.
6.
Sinyal digital.
Sebagian besar ADC memerlukan sebuah logika input tinggi pada jalur yang
diberikan untukmenginisialisasi proses konversi. Ketika konversi selesai, ADC
biasanya memberikan sebuah level tegangan tinggi pada jalur lainnya sebagai
indikator untuk mengikuti perlengkapan status.
7.
Waktu konversi.
ADC harus berurutan melalui sebuah set operasi sebelum dapat menemukan output
digital yang diinginkan. Untuk alasan ini, sebuah bagian penting dari
spesifikasi adalah waktu yang diperlukan untuk konversi. Waktu adalah 10 – 100 ms
bergantung pada jumlah bit dan desain dari konverter.
CONTOH 3.14
Suatu
pengukuran temperatur mempergunakan sebuah transduser dengan output 6.5 mV/°C digunakan untuk mengukur
100°C.
Digunakan sebuah ADC 6-bit dengan referensi 10 volt. (a) buat sebuah rangkaian
untuk menghubungkan transduser dan ADC; (b) Cari resolusi temperatur.
SOLUSI
Untuk
mengukur 100°C ini
berarti output transduser pada 100°C adalah
(6.5
mV/°C)(100°C) = 0.65
volt
(a) Rangkaian interface harus memberikan sebuah penguatan (gain) sehingga pada 100°C
output ADC adalah 111111. Tegangan input yang akan menghasilkan output ini
diperoleh dari
Vx = VR
[a12–1 + a22–
2 + … + a62 –
6 ]
Vx = 10 (3-5)
Vx =
9.84375 V
Sehingga,
penguatan yang dibutuhkan harus memenuhi tegangan ini ketika temperatur 100°C.
Penguatan
=
= 15.14
Rangkaian
op-amp dari Gambar 3.11 eken memberikan penguatan sebesar ini.
(b) Resolusi temperatur
dapat dicari melaui arah mundur dari perubahan tegangan LSB dari ADC.
DV
= VR 2 – n
DV
= (10) (2 – 6) =
0.16525 V (3-4)
dengan arah mundur melalui
penguatan ini berkaitan dengan perubahan transduser
DVT = = 0.01032 V
atau pada temperatur
DT
= = 1.59 °C
Gambar 3.11 Gambar untuk contoh 3.14
.
3.3.
SISTEM OUTPUT DAN AKUISISI DATA
Sebuah komputer digital dapat melakukan sejumlah besar
perhitungan dalam hitungan detik, karena waktu tipikal yang diperlukan untuk
mengeksekusi satu instruksi dapat hanya beberapa mikrodetik. Sebagai contoh,
sebuah mikroprosesor dapat menjumlakan dua bilangan biner 8-bit dalam waktu 2 ms.
sebaliknya, sebagian besar instalasi kontrol proses melibatkan variasi variabel
proses dengan skala waktu hitungan menit. Untuk alasan ini dan alasan lainnya
yang dibicarakan dalam Bab 10, penggunaan efisien dari komputer dalam kontrol
proses dimaksudkan agar sebuah komputer tunggal dapat mengendalikan sejumlah
variabel. Untuk melakukan hal ini, secara periodik komputer akan mengambil
sampel harga dari masing-masing variabel, mengevaluasi harga tersebut sesuai
denganoperasi kontrol terprogram, dan mengeluarkan output sebuah sinyal
pengontrol yang sesuai untuk elemen kontrol final. Di bawah kontrol program,
komputer memilih variabel terkontrol lainnya, mengambil sampel, mengevaluasi,
dan menghasilkan output, dan begitu seterusnya untuk sema loop di bawah kontrol
tersebut. Mengambil sebuah sampel angka dari dnia nyata ke dalam komputer
tidaklah mudah. Hal ini membutuhkan sebuah kombinasi hardware dan software
(program) untuk memungkinkan bagi komputer membaca bilangan yang
merepresentasikan sejumlah variabel proses, seperti temperatur, tekanan, dan
lain-lain. Keseluruhan proses melakukan hal ini, dan mengembalikannya sebagai
output, semuanya ini disebut interface. Sekarang, seseorang daat
mengambil sebuah ADC dan beberapa amplifier yang perlu dan menulis sebuah
program yang diperlukan untuk bekerja bersama-sama dengan sebuah interface
untuk sejumlah komuter untuk sebuah aplikasi proses. jika komputer dipergunakan
untukmengendalikan beberapa loop, kita akan memerlukan sistem tersebut untuk
masing-masing variabel sebagai input. Selain itu, untuk mengambil input kita
dapat mempergunakan sebauh sistem akuisisi data (Data Acquisition System – DAS) yang memungkinkan lebih dari satu
variabel untuk diambil sampelnya dari beberapa sumber untuk dimasukkan ke dalam
komputer dengan pemrograman yang sesuai. Begitu juga, sebuah modul output data
(Data Output Module – DOM)
memungkinkan komputer untuk mengeluarkan sinyal output untuk lebih dari satu
sumber di bawah kontrol program.
Sistem
Akuisisi Data (DAS)
Ada
banyak tipe yang berbeda dari sistem akuisisi data, namun sangatlah mungkin
untuk generalisasi elemen paling pentingnya seperti diperlihaktan pada Gambar
3.12. Paragraf di bawah menyajikan deskripsi umum dari masing-masing blok dari
DAS. Perlu diketahui bahwa hampir semua sistem akuisisi data tersedia dalam
bentuk modul kecil yang berisi rangkaian-rangkaian yang diperlihatkan dalam
Gambar 3.12. Pada umumnya, modul menerima sejumlah input analog, yang disebut
kanal (channel), baik sebagai sinyal
tegangan differensial (dua kawat – two
wire) maupun sinyal tegangan tunggal (terhadap ground). Secara khusus,
sebuah sistem dapat memiliki delapan kanal input differensial atau enam belas
kanal input tunggal. Kemudian komputer dapat memilih salah satu dari
kanal-kanal tersebut dibawah kontrol program untuk input data di dalam kanal.
Gambar 3.12 Sistem akuisisi data
DEKODER ALAMAT
Bagian dari DAS ini menerima sebuah input dari
komputer melalui jalur alamat (16 bit untuk mikroprosesor 8-bit) yang berfungsi
memilih sebuah kanal analog tertentu yang akan diambil sampelnya. Modul
iniseringkali didesain sedemikian rupa sehingga gabungan dari kanal tertentu
dan sebuah word alamat komputer dapat dipilih oleh pemakai (user). Dalam beberapa hal, hal ini
dilakukan dengan membuat alamat kanal modul muncul pada komputer sesuai dengan
alamat lokasi memori, hal ini terkadang dipilih sejmlah kanal input analog. Dengan
kata lain, pemilihan kanal input adalah ekivalen dengan pembacaan isi dari
sebuah lokasi memori. Dalam sistem yang lain, sebuah kode biner dikirim dari
komputer melalui piranti khusus input/ output untuk memilih sebuah kanal analog
dan memasukkan data melalui kanal tersebut. Dalam hal ini, pemilihan kanal
dilakukan oleh sesuatu yang disebut piranti
pemilih kode (device select code).
MULTIPLEKSER ANALOG
Elemen DAS ini pada dasarnya sebuah saklar yang mengambil sinyal alamat
yang dikodekan dan memilih data pada kanal yang terpilih dengan penutupan
sebuah saklar yang terhubung pada jalur input analog.
Seperti diperlihatkan pada Gambar 3.13 untuk sebuah
sistem akhiran tunggal, multiplekser menerima sebuah input dari dekoder alamat
dan mempergunakannya untuk menutup saklar yang sesuai memasukkan sinyal kanal
yang akan dilewatkan pada tahap berikutnya dari DAS. Gambar 3.13 memperlihatkan
kanal 2 yang telah dipilih, yang mungkin telah dipilih oleh sebuah 10 pada
jalur input. Dengan cara yang sama, 00
akan memilih kanal 0, 01 kanal 1, 10
kanal 2, dan 11 kanal 3. sehingga,
dekoder alamat harus mengkonversi jalur alamat komputer pada salah satu dari
empat kemungkinan tersebut ketika DAS telah dialamatkan oleh komputer. Elemen
saklar aktual biasanya berupa Transisto Efek Medan (FETs) yang berada pada
posisi resistansi “on”beberapa ratus ohm dan sebuah resistansi “off” ratusan
hingga ribuan megaohm.
Gambar 3.13 Multiplekser analog empat kanal
AMPLIFIER
Hampir semua sistem akuisisi data meliputi sebuah bati
penguatan yang memungkinkan pengguna (uaser)
untuk mengkompensasi level sinyal input. Gabungan ADC umumnya didesain untuk
beroperasi dari sebuah jangkauan input unipolar definit atau bipolar
sehinggalevel input harus disetel pada daerah ini. Sehingga jika input sinyal
ADC harus berada pada jangkauan 0 hingga 5 volt, penguatan dengan suatu bati
menjamin bahwa input berada dalam daerah ini. Jika ada perbedaan besar antara
bermacam level sinyal input, sejumlah pengkondisian snyal mungkin diperlukan sinyal
diberikan pada DAS.
ADC
Tentu saja, sebuah bagian penting dari DAS adalah konverter analog ke
dgital. Konverter ini akan menerima tegangan dengan rentang jangkauan tertenu
seperti yang diberikan oleh pengkondisian sinyal yang mendahuluinya. Konverter
biasanya dapat dikonfigurasi untuk menerima input unipolar atau bipolar. Hal-hal
seperti penyetelan offset dan penyetelan skala penuh harus dilakukan.
Modul
Output Data (DOM)
Paragraf sebelumnya mendeskripsikan sistem yang
dipergunakanuntikmemasukkan data ke komputer. Umumnya, hal ini adalah sebuah
variabel kontrol proses yang terkontrol. Baik dalam kontrol pengawasan (supervisory control) atau kontrol
digital langsung (direct digital control),
juga diperlukan untuk memberikan sebuah mekanisme dimana komputer dapat
menghasilkan output sebuah sinyal baik sebagai penyetelan setpoint atau kepada
elemen kontrol akhir. Antarmuka (interface)
jenis ini dibuat untuk sistem beberapa kanal oleh Modul Output Data (Data Output Module – DOM). Blok umum
dari piranti ini diberikan dalam Gambar 3.14. Tujuan mum dari dekoder alamat
adalah sama dengan DAS, yaitu memungkinkan komputer untuk memilih sebuah kanal output tertentu. Dalam hal ini,
komputer “menuliskan” informasi ke dalam sebuah lokasi memori atau alamat
output yang dikonversikan ke sebuah tegangan analog oleh DAC. Kita
mempergunakan sebuah demultiplekser yang dapat mensaklar output dari DAC ke
dalam salah satu dari word data output yang berada dalam jalur data untuk
beberapa mikrodetik. Pengunci (latch)
menahan (hold) data ini cukup lama
untuk konversi dan aplikasi dalam loop kontrol proses.
Gambar 3.14 Modul data output
Catatan
Aplikasi
Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan
ketika sebah DAS atau DOM dipergunakan. Paragraf berikut mendiskusikan beberapa
faktor ini.
SAMPLE AND HOLD
Ketika mempergunakan DAS, harus dilakukan perhitungan kaarena sebenarnya
sinyal pada kanal input dapat berubah-ubah dengan cepat. Jika perubahan cukup
cepat sehingga sinyal bervariasi selama waktu konversi, sebuah sample and hold arus dipergunakan pada kanal
tersebut untuk memegang (hold) nilai
input selama konversi. Hal ini menambah kompleksitas dari software karena harus
dilakukan perhitungan untuk perintah modul sample
and hold.
KOMPATIBILITAS DENGAN KOMPUTER
Dalam beberapa hal, sebuah modul data didesain untuk bekerja hanya dengan
satu model atau tipe komputer. Hal ini terbukti ketika digunakannya komputer
berbasis mikroprosesor memiliki arsitektur yang benar-benar bervariasi antara
rumpun (family). Oleh karena itu
perlu untuk memilih sebuah modul data (DAS atau DOM) yang kompatibel dengan
karakteristik input/output dari komputer.
PEMROGRAMAN HARDWARE
Sebagian besar kodul data menawarkan sejumlah pilihan untuk penggunaan
operasi input/output. Pilihan ini meliputi operasi unipolar/bipolar, pemilihan
alamat, bati penguatan, operasi differensial/akhiran tunggal, dan lain-lain.
Secara khusus pilihan-pilihan tersebut dipilih oleh penghubung (jumper) kabel antara kaki-kaki
modul atau dengan pemasangan resistor seperti yang dispesifikasikan dalam
lembar spesifikasi modul.
PEMROGRAMAN SOFTWARE
Aspek lainya yang penting dalam antarmuka input/output adalah rutin
software yang akan mempergunakan modul data.rutin-rutin tersebut harus
kompatibel dengan pemrograman hardware dan karakteristik lain dari modul.
Sebagai contoh, program mungkin melibatkan delay yang menunggu ADC
menyelesaikan konversi. Aspek ini didiskusikan lebih lanjut dalam Bab 10.
WAKTU RESPON KESELURUHAN
Sebuah sistem akuisisi data tidak melakukan konversi digital secara
langsung terhadap data yang muncul pada kanal yang terpilih ketika pemilihan
terjadi. Namun, ada delay ketika multiplekser mengakses kanal sistem, ketika
amplifier mendapatkan harga dri kanal, dan ketika ADC melakukan operasi
konversi yang dijelaskan dalam subbab mengenai operasi ADC. Waktu yang
diperlukan dapat berjalan dari puluhan mikrodetik hingga ratusan mikrodetik,
tergantung pada jumlah bit yang dikonversi, bati penguatan dan kecepatan
pensaklaran sinyal.
RINGKASAN
Bab ini
menjelaskan latar belakang elektronika digital untuk membuat pembaca mempunyai
pengetahuan terhadap elemen-elemen dari pemrosesan sinyal digital dan dapat
mempraktekkan analisis sederhana dan mendesain seperti halnya pada kontrol
proses.
1.
penggunaan word digital memungkinkan pengkodean
informasi analog ke dalam sebuah format digital.
2.
sangatlah mungkin untuk mengkodekan bilangan desimal
pecahan ke dalam bentuk biner dan begitu sebaliknya dengan mempergunakan
N10 = b1 2-1 + b2 2-2 + . . . + bm
2-m (3-1)
3.
teknik aljabar Boolean dapat diaplikasikan pada pengembangan
alarm proses dan fungsi-fungsi kontrol dasar.
4.
gerbang-gerbang elektronika digital dan komparator
membantu implementasi dari persamaan Boolean proses.
5.
DAC dipergunakan untuk mengkonversi word digital ke
dalam bilangan analog dengan mempergunakan representasi bilangan pecahan.
Dengan resolusi
DVx = VR 2 – n (3-4)
6.
sebuah ADC tipe pendekatan succesive menentukan word digital output untuk sebuah tegangan input
analog dalam sejumlah step, sama seperti bit-bit dalam word.
7.
ADC slope ganda mengkonversi informasi analog ke
digital oleh sebuah kombinasi perhitungan waktu dan integrasi.
8.
Sistem Akuisisi Data (DAS) adalah sebuah piranti
modular yang menghubungkan sejumlah sinyal analog ke sebuah komputer. Pendekodean
alamat sinyal, pemultipleksan, dan operasi ADC terdapat di dalam piranti ini.
9.
Modul Data Output (DOM) menyediakan semua kebutuhan
perangkat keras bagi sebuah komputer untuk menghasilkan output sinyal analog,
termasuk pengalamatan konversi D/A dan pemultipleksan..